Kids zaman old pasti tau acara cerdas cermat di TVRI dulu. Acara semacam kuis yang menjadi ajang kompetisi siswa2 SD. Terbagi dalam tiga grup, masing2 grup terdiri dari 3 siswa, diberikan pertanyaan untuk mengumpulkan nilai. Ada pertanyaan rebutan di babak selanjutnya untuk menentukan skor akhir yang berhasil dikumpulkan.
Saya pernah mengikuti ajang ini bersama dua teman sekelas saya, mewakili SD Muhammadiyah 1 JakPus di tahun 1990 *ketauan angkatannya π
Selain tampil di TVRI, foto kita bertiga juga sempet muncul di tabloid monitor di masa itu, sayang tabloidnya udah dibredel beberapa tahun kemudian π
Selain menguji pengetahuan akademis kita, cerdas cermat ini juga membentuk kerja sama team yang baik. Dalam suatu team, ga semua harus kita yang menguasai, masih ada orang lain yang ahli di bidangnya, dan kita jadi fulfill each other. Ada yang menguasai matematika, ada yang jago IPA, ada yg canggih urusan bahasa.
Saya sama sekali ga jago geografi, bisa dibilang saya ini buta geografis. Di mall aja bisa nyasar π di jalan? udah sering bangeeeetβ¦ Jadi inget, ketika cerdas cermat saat itu, pas pertenyaan IPS tentang geografi langsung saya serahkan ke temen saya untuk menjawab. Dengan sigap dia maju ke depan dan nunjuk jawabannya ke peta yang disediakan. Yak seratus π― π
Kenangan lainnya dari acara cerdas cermat ini, saya sempet punya beberapa sababat pena. Berawal dari mereka nonton acara cerdas cermat ketika saya jadi pesertanya, lalu mereka kirim surat melalui sekolah saya. Ada juga lho waktu itu yang kirim surat untuk saya dari daerah timur Indonesia, cuma karena waktu itu saya masih gadis kecil yang lugu, yang merasa bertemen cuma boleh sama yg seagama aja (apalagi saya sekolah di sekolah Islam) jadi ga saya gubris request pertemanannya. Nyesel deh π’ padahal siapa tau saya bisa berkunjung ke daerahnya dan jadi punya tour guide pribadi di sana.
Ada satu sahabat pena yang masih konsisten surat2an sama saya, kalau ga salah sampai awal2 saya SMA. Setelah itu kita lost contact; saya lupa namanya, di mana alamatnya, bahkan daerahnya. Kita juga belum pernah ketemu, apalagi di masa itu belum ada aplikasi2 pertemanan seperti sekarang, jadi ga terdetect lagi keberadaannya π’
Saya jadi inget sama sahabat pena saya ini ketika nonton film the upside. Kalau di film itu sih sahabat penanya antara laki2 dan perempuan, yang setelah pertemuan malah mereka saling ilfil.
Kayaknya seru aja kalo kita punya sahabat pena, saling cerita tentang kehidupan, tanpa kita pernah berjumpa dan tau orangnya seperti apa, kecuali kalo kita udah kirim2an foto. Tapi zaman sekarang kayaknya sulit implementasinya, karena masing2 orang udah bisa stalking melalui medsos π
Sekarang malah tersedia aplikasi sahabat pena. Kita bisa menemukan sahabat sesuai minat dan hobby kita, ga seperti masa lalu yang random nyari melalui sahabat Bobo dari majalah Bobo π
Aplikasinya bisa dilihat melalu tautan ini https://today.line.me/id/v2/article/NVawyP
Berminat mencoba?
(568)